Pages

Artikel (Kode Etik): Krisis Kejujuran Hasilkan Potensi Mahasiswa Bernilai Palsu

Artikel ini dibuat dalam rangka partisipasi mengikuti Dakom Award 2016. Lomba blog. Yuk, Baca Selengkapnya...

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare

STAIN Parepare merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri yang ada di kota Parepare. Yuk, Kunjungi Websitenya...

Mari Bersedekah

Yuk, lihat iklan video karya Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam. STAIN Parepare

filsafat islam

Ingin Menjadi Seperti Pohon

Mengapa inging menjadi pohon? Yuk, Baca selengkapnya

Saturday, January 16, 2021

Apa?

 

Dokumentasi Pribadi, Mamasa [2018]

Bismillah.

Saat saya tulis ini, Alhamdulillah saya sudah makan. Hal yang sederhana, namun menjadi hal yang serius jika seseorang itu tidak makan. Tentu, para pejabat pemerintah juga harus merasa serius memperhatikan jika ada rakyatnya yang tidak bisa makan karena tidak punya apa-apa. Pun termasuk kita sebagai tetangga rakyat (eh, sesama rakyat).

Memang benar, rakyat harus berusaha sendiri. Namun, kita harus mengingat bahwa siapapun yang bekerja dalam pemerintahan maka mereka adalah pelayan rakyat.

Kenapa? Ah, sepertinya viewers sudah mengerti.

Jemariku berhenti sejenak menyentuh keyboard, lalu menoleh ke arah kiri. Tiga buah jendela terlihat jelas, dua tertutup dan satu terbuka lebar. Jendela yang terbuka itu tepat mengarah pada wajahku ketika saya menoleh kekiri. Udara segar menghampiri wajah, angina juga meniup helaian rambut yang kubiarkan terurai.

Terlihat langit mendung, ingatan tentang para korban bencana gempa di Sulawesi Barat dan bencana bajir di Kalimantan Selatan seolah mengundang rasa khawatir. Beberapa mungkin banjir bantuan, namun beberapa lagi krisis bantuan. Kulihat beberapa postingan di fb yang seolah berteriak meminta tolong. Posko mereka terjebak dan belum dijangkau oleh tim relawan.

Celengan akhirat yang bertebaran di dunia maya seolah juga mengundang pilu. Kenapa? Karena saya belum bisa mengisi setiap celengan akhirat setiap yang kulihat.

Niat hati ikut berbisnis, agar Allah memudahkan diri ini untuk bebas bersedekah sana-sini. Namun, saya teringat dengan gagasan Ippho Santosa (founder komunitas bisnis yang kuikuti) bahwa jangan menunggu kaya untuk bersedekah. Memang benar, seringkali malah saat saya menghabiskan tabunganku untuk bersedekah, Allah mendatangkan tabungan lain. Saya benar-benar seringkali dibuatNya terkagum-kagum. MasyaAllah, Alhamdulillah.

“jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu.. hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal” (Kilas Ayat… Qs. Ali Imran: 160).

Angin bertiup terasa dingin, kulihat hujan akan turun. Meski sebelumnya, hujan turun di pagi hari. Tadi pagi juga, saya berjalan menuju salah satu dosen pemesan Britih Propolis. Sebenarnya saat malam hari, ia menyuruhku membawakannya. Namun, karena hujan turun dan angin kencang… akhirnya saya memutuskan untuk menunda membawakannya.

Selain itu, rasanya saya juga rindu jalan kaki di pagi hari. Kenapa? Hatimu bisa dibuat semakin bersyukur PadaNya, apalagi jika oksigen yang masuk ke dalam hidung adalah oksigen segar. Belum lagi, jika kamu bisa melihat embun yang terlihat menyegarkan sambil dihibur dengan suara harmoni makhluk bersayap yang sibuk bersiul seolah menyapa setiap raga yang mendengarkannya.

Yappp, saya suka udara pagi. Bahkan jika disuruh memilih, saya lebih suka sunrise (matahari terbit) dibandingkan sunset (matahari terbenam). Mungkin, karena pengaruh udaranya… makanya saya jadi lebih suka sunrise.

Sepulang dari mengantarkan British propolis, mendekati pintu pagar kos… saya melihat rumput… namun, kusebut itu bunga karena memang rumput itu memiliki bunga. Namanya putri Malu. Kalau didaerahku disebut Jabe (dalam bahasa Bugis).

Menurutku, tanaman itu unik. Karena punya animasi alami yang bergerak. Coba saja sentuh daunnya, maka kamu akan lihat gerakan secara perlahan. Tapi, saya suka bertanya-tanya… kenapa kalau hujan yang turun, justru daunnya kadang tidak kuncup. Kira-kira kenapa ya?

Apa karena air yang turun secara alami dari langit sehingga tanaman itu tidak bergerak. sungguh, saya penasaran. Hope, kelak saya akan diberitahu kenapa bisa seperti itu.

Layaknya, beberapa pertanyaanku yang sering terbersit dalam hati… secara perlahan saya pun menemukan jawabannya.

Pun, seperti doa-doa kita kadang terkabul bukan disaat kamu berdoa saat itu juga. Terkadang Allah mengabulkannya di waktu yang tepat.

Dulu, saat saya suka ditinggal sendiri di kos (karena teman semua pada pulkam), seringkali hati berbisik.. “kalau saja saya punya teman orang yang jauh rumahnya, pasti saya akan punya teman di rumah kos). Benar saja, lambat laun keinginan itu terwujud. Alhamdulillah, sekarang saya punya banyak teman di kos dan mereka jarang pulkam karena rumahnya lumayan jauh.

Di mana rumahnya?

Di Latimojong, Enrekang. Daerah dingin tempat tumbuhnya bunga Edelweiss (bunga abadi).

Sungguh, keinginan kembali terbersit… bahwa kelak saya ingin berada di puncak gunung latimojong. Sebelumnya, juga sempat terbersit tentang keinginan untuk berkujung di kaki gunung Latimojong.. benar saja lambat laun saya mendapatkan kesempatan ke sana melalui wasilah ajakan bu dosen yang pesan British Propolis itu.

Sepertinya, viewers akan berpikir… ini penulisnya lagi iklan yakkk? Sering kali menyebut British Propolis. Hehe…

Maklum saya, kalau menemukan sesuatu yang bagus maka akan sering kusebut-sebut.

Saya pun juga dalam berjualan sangat selektif kalau memilih produk jualan. Setidaknya pertanyaan tentang apa khasiat produk, bagaimana izin dan kehalalan, serta bagaimana system jualnya harus terjawab dulu. Kalau semuanya aman, halal dan berfaedah, yaudah saya langsung deal. Apalagi foundernya, benar-benar aktif mementoring kami.

Wuahhh… kok saya jadi bahas itu. Hehe, jujur ini supaya tulisannya bisa cepat sampai seribu kata. Walaupun sih, apa yang saya tulis sebelumnya itu beneran… bukan hoax apalagi kalimat hinaan. Iyakan?

Rasanya, bagus juga menulis di jam-jam sore begini. Karena biasanya kalau malam, saya akan sibuk membahas mata-mata berkaca, mata mulai mengantuk. Kadang pula, saya sampai tak konsen bahkan gagal menyelesaikan seribu kataku hanya karena tak sanggup melawan ngantuk. Hehe. Kalian bisa lihat di wattpadku (hayana77) tentang kegagalanku dengan seribu kata. Bikin senyum-senyum sendiri pokoknya kalau dibaca.

Oiya, viewers… apa kamu sudah mulai menulis seperti ini?

Ayolah… dicoba-coba menulis. Minimal ceritakan apa yang kamu lalui setiap hari dan hal positif apa yang bisa dibagikan melalui tulisanmu.

Pun seperti tulisan receh ini, kuharap kalian bisa menangkap sesuatu hal yang positif. Bukan dinyatakan postif yakkk, yah walaupun juga boleh selama itu yang baik-baik. Hehe.

Semoga Allah memberikan kabar bahagia tak terduga, setelah Anda membaca ini. Aamiin.

Sudah di angka delapan ratusan kata, lalu saya menulis apa lagi?

Tunggu… saya memikirkan apa yak judulnya tulisan hari ini. Masalahnya, memang tulisanku topiknya kemana-mana tapi sungguh saya tak peduli. Karena targetku adalah menulis seribu kata per hari… saya tak peduli bagaimana sistematikanya, yang jelas sebisa mungkin bisa tetap menulis seribu kata. Pembiasaan menulis, viewersku.

Lalu, pertanyaannya kapan kamu mulai menulis? Jangan bilang kamu tak pandai menulis. Semua orang bisa menulis, eh maksud saya mengetik juga.

Saya ulangi, “semua orang bisa menulis/mengetik, selama hatinya bisa berbicara meskipun tanpa suara”.

Tapi, muncul pertanyaan “yang cerewet itu apa hati atau otak? Maksudku yang suka berbicara itu sebenarnya siapa? Otak apa hati?”.

Hmmm… silahkan memberi tanggapan viewers bahkan meskipun itu tanggapannya hanya ada di dalam otak dan hatimu. Tentu, saya tak akan tahu karena memang saya bukan Maha Mengetahui. Tapi, saya yakin Allah pasti Maha Mengetahui. Maka berhati-hatilah viewers… dan jangan bersedih karena Allah selalu Mendengarmu.

Ok, pertanyaan saya belum dijawab. Kapan kamu mau konsisten menulis?

Haa? Saya tidak dengar. Eh, saya tidak baca.

Atau kamu sudah menulis tapi saya tidak tau. Yaudah, apapun itu… saya berharap kita semua bisa mendapatkan RidhoNya karena aktivitas baik kita, apapun itu dalam artian apapun yang kita lakukan selama masih bernafas di dunia yang fana ini.

Jika viewers menganggap tulisan receh ini berfaedah silahkan sebarkan agar viewers menjadi jembatan (share) sampainya tulisan ini ke otak yang lain. Namun, jika viewers ingin memberikan tanggapan berupa pertanyaan setuju maupun kritik saran, tentu boleh. Silahkan kirimkan via DM Instagram @hayanaa atau email Hayanaheart@gmail.com.

Terima kasih telah membaca hingga tuntas ‘tak perlu subscribe yakk’ hehe dan maafkan jika ada yang tak berkenang pada segumpal daging (hati). [Parepare, Sabtu 16 Januari 2021]. Hayana J

 

 

Friday, January 15, 2021

Kata Kuadrat

 

Dokumentasi Pribadi, Mamasa [2018]

Bismillah…

Salah satu cara agar kita sadar waktu yakni dengan menulis daily seperti ini. Karena kita akan bisa mengamati apa yang terjadi dalam sehari lalu menuangkan dalam bentuk rangkaian kata, tentu akhiri tulisanmu dengan keterangan tanggal dan waktu. Hal ini juga akan merawat ingatan kita. Yap, seperti tulisan sebelumnya (kemarin).

Kali ini, saya ingin membahas kata ‘tiba-tiba’.

Tiba dan tiba-tiba, tentu memiliki arti yang berbeda meskipun berasal dari kata yang sama. Namun, pengulangan kata sepertinya memberikan makna yang berbeda. Otak ini segera tertuju pada ingatan berbagai postingan tentang duka yang melanda Sulawesi Barat.

Apa yang terjadi?

Sepertinya, viewers sudah tahu dan sudah melihat berbagai postingan yang memperlihatkan kondisi dua kabupaten yakni Majene dan Mamuju. Meskipun sebenarnya di luar pulau Sulawesi, pulau Kalimantan juga terkena musibah yaitu banjir di Kalimantan Selatan. Ketika disebut Kalimantan, pikiran ini tertuju pada abang yang sedang merantau di sana. Meskipun ia tinggal di Kalimantan Timur, tetap saja otak ini menaruh secercah kekhawatiran padanya.

Ok, kita kembali ke kata ‘tiba-tiba’.

‘tiba-tiba’ kata sederhana namun mengandung unsur kecepatan, tak terduga (tak disangka). Ketika kita berada pada situasi ‘tiba-tiba’ bisa jadi sepaket dengan rasa sedih ataupun bahagia.

Namun, situasi ‘tiba-tiba’ yang melanda Sulawesi Barat meninggalkan duka bagi para korban yang terdampak akibat gempa bumi.

Rasanya dulu waktu kecil, bencana hanya sering terjadi di luar pulau Sulawesi tapi kini berbagai bencana menerpa tetangga kabupatenku. Seolah jiwa ini, ikut larut membayangkan bahwa tempatku hidup bisa jadi akan mendapatkan pula ‘situasi tiba-tiba’ yang tak diinginkan.

Situasi ‘tiba-tiba’ bukan hanya menyangkut bencana alam namun juga kehilangan sosok ataupun perubahan diri.

“tiba-tiba baik, tiba-tiba jahat” adalah dua hal yang berbeda namun datangnya bisa jadi memiliki kecepatan yang sama, mungkin.

Semoga kita selalu berada posisi ‘tiba-tiba baik’ artinya bukan karena ada maksud yang tersembunyi namun karena Allah memberikan petunjukNya (hidayahNya) pada kita. Karena, siapa lagi yang akan memberikan petunjuk?

(Tunjukilah Kami Jalan yang Lurus).

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Hujan lembut turun menempa bumi, meski sebelumnya hujan keras yang disertai angin juga turut eksis. Mataku yang mulai berat dikarenakan ‘tiba-tiba’ merasa mengantuk. Namun, kuingat tentang komitmenku seribu kata dalam sehari mesti segera dituntaskan.

Memang, ada banyak hal yang patut dituntaskan bukan hanya soal di dalam diri (internal) tetapi juga di luar diri (eksternal).

Hmmm.. tentang ‘tiba’tiba’

Kejutan apa lagi yang akan diperlihatkan? Tentu, sama sekali saya tak marah dengan pencipta. Namun, Allah bisa saja sebaliknya menjadi murka pada kita jika berkali-kali peringatannya menyapa raga ini. Namun anehnya, kita masih pura-pura tidak sadar.

Kemungkinan terburuk seringkali menghantui dalam otak kecil ini. Namun, keyakinan padaNya mesti dikuatkan akarnya agar hasilnya selalu menemui titik akhir yang terbaik.

Atas segala apapun yang terjadi, tentu kita harus pandai memaknai. Ya, hari ini saya dilintaskan caption bahwa sedih L bisa diubah menjadi senyum J dengan menggunakan lensa pemaknaan. Lalu, di mana bisa mendapatkan lensa itu?

Tentu lensa pemakna ini tidak bisa ditemukan hanya dengan mengandalkan pasar ataupun gugel. Lensa pemakna terbuat dari rasa syukur dan intropeksi.

Dua kata tersebut memang sangat sederhana namun besar manfaatnya. Ketika semua orang memiliki rasa syukur dan senantiasa berintropeksi, sepertinya hidup akan lebih menentramkan meskipun di situasi yang tidak baik-baik saja. Lalu, maukah kamu mewujudkan cita-cita hidup tentram itu? Maka mulailah dari diri sendiri.

‘tiba-tiba’ hujan yang tadinya soft menjadi hard.

Bayangan para relawan yang berjuang membantu para korban disana mengusik pikiran. Hati-hati yang ikut merasa beramai-ramai membuat penggalangan dana secara online dan offline. Saya mencoba menutup mata, lalu kemudian membuka kembali. Akhirnya, saya kembali menemukan mataku yang berkaca-kaca. Seolah rasa ngantuk terus menggodaku untuk menunda tulisan seribu kata ini.

Kali ini, saya benar-benar merasa mengantuk. Namun tulisan ku baru di angka lima ratusan.

Lalu saya harus menulis apa lagi?

Saya memperbaiki posisi duduk, kuharap viewerspun memperbaiki posisi duduk sekarang (jika duduk).

Lalu, viewers…

bagaimana tanggapanmu tentang ‘siatuasi yang tiba-tiba” terjadi kemarin itu?

Saya teringat dengan postingan di facebook tentang kita yang kehilangan tiga hal di awal tahun 2021.

Pertama Bumi (bencana alam), Langit (tragedy pesawat) dan yang ketiga cahaya yakni saat meninggalnya Syekh Ali Jaber yang merupakan salah satu gudang ilmu dan referensi teladan.

Berbagai video ceramahnya di masa hidupnya, hari ini kembali tersebar. Tentu, sungguh beruntunglah seseorang jika raganya telah dimakan ulat, namun amalnya masih terus bertambah. Lalu, apa yang kitak lakukan agar bisa berpeluang mendapatkan amal jariyah?

Hmmm… hal kecil bisa dimulai dengan menulis.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Saya benar-benar bingung dan mengantuk harus menulis apa lagi. Keinginan untuk baring, terbersit.

Jangan baring Hayana!!! Karena saat kau baring maka tulisanmu ini tidak akan selesai.

Lalu saya harus menulis apa lagi?

Bolehkah dengan kalimat pengulangan seperti kata ‘tiba-tiba’ (kata kuadrat).

Nyatanya, jika kita seringkali diberi peringatan seharusnya membuat kita sadar bahwa kita harus berubah menjadi insan yang berpeluang diridhoi OlehNya. Aamiin. Semoga saja

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Bolehkah saya mengulangi?

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Jika viewers menganggap tulisan receh ini berfaedah silahkan sebarkan agar viewers menjadi jembatan sampainya tulisan ini ke otak yang lain. Namun, jika viewers ingin memberikan tanggapan maupun kritik saran, tentu boleh. Silahkan kirimkan via DM Instagram @hayanaa atau email Hayanaheart@gmail.com. Terima kasih dan maafkan. [Parepare, Jum’at 15 Januari 2021]

 

 

 

Thursday, January 14, 2021

Cara Merawat Ingatan

Dokumentasi pribadi 


Bismillah.

Alhamdulillah. Saat saya tulis ini barusan sudah minum susu hangat dan sholat isya. Meskipun belum makan malam tapi setidaknya perutku sudah terisi.

Rasanya malas sekali makan nasi… padahal ada telur dadar bersama udang kecil. Hmm… mugkin karena kurang cabe makanya saya kurang bersemangat menikmati makanan. Padahal yak, cabe itu kan pedas. Tapi, kok suka bikin rindu. Ya, meskipun seharusnya saya bersyukur karena ada yang bisa dimakan. Bagaimana yang di luar sana, bahkan beras mereka pun tak punya.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Maafkan hambaMu ini yang kadang lalai dalam bersyukur.

Hari ini, kita mendapat dua kabar duka. Pertama, berpulangnya ke Rahmatullah ulama asal Madinah yang mengabadikan hidupnya di Indonesia yaitu Syekh Ali Jaber. Mungkin, saya adalah orang yang terlambat mengenalnya. Ia sering muncul di tv, namun saya jarang sekali menonton tv. Saya baru mengenal almarhum saat masyarakat Indonesia heboh karena kejadian penusukan alm. Syekh Ali Jaber oleh orang yang tak dikenal. Saat itu, banyak teman Whastaapp saya yang memasang status tentang dirinya. Disitu, saya pun mencari siapa itu Syekh Ali Jaber. Video ceramahnya memang banyak tersebar, namun saya sama sekali belum pernah mendapatkannya. Ya, mungkin karena selama ini saya hanya sering berlangganan ceramah ustad Adi Hidayat, Ustad Abdul Somad, Ustad Hannan Attaki, Ustad Das’ad Latif dan ustad-ustad lain yang popular di beranda dunia mayaku.

Di lain kesempatan, ketika bergabung dengan komunitas bisnis British Propolis, disitu saya kembali bertemu secara virtual dalam berbagai seminar online yang dilaksanakan oleh founder British Propolis, Ippho Santosa.

Syukur, almarhum meninggal saat dinyatakan negative covid-19 (sembuh dari virus viral). Meninggalnya benar-benar banyak membuat orang lain syok, tidak menyangka. Salah satu teman, seorang presenter TVRI Sulawesi Barat menulis caption dalam status videonya “Ramadhan tanpa Syekh Ali Jaber”. Saya pun refleks komen, bahwa kitapun belum tentu akan bertemu dengan ramadhan.

Ya, semoga saja masih diberi kesempatan. Aamiin.

Di beranda facebook maupun whatsApp, foto ucapan belasungkawa menghiasi beranda (kabar berita). Bisa dibilang, hampir semuanya mengunggah informasi tentang kepergian manusia pecinta Al-Qur’an itu.

Di video Deddy Corbuzier pun juga membahas tentang sosok alm. Syekh Ali Jaber. Raut wajah sedih tampak melekat pada manusia bertubuh kekar itu (akrab disapa om Deddy).

Beberapa tulisan pun, berseliweran di facebook… tentang ulama yang wafat berarti sumber ilmu juga menghilang. Yap, benar saja kehilangan ulama yang kaya ilmu tentang agama Islam akan mengurangi 1 sosok dalam penyebaran syiar Islam. Memang di Indonesia mayoritas muslim, namun karena kualitas iman, ilmu, amal yang berbeda sehingga penting ada sosok-sosok yang berperan dalam mengingatkan para manusia khilaf, pun termasuk saya.

Semoga saja, berpulangnya satu ulama akan disusul puluhan ulama baru yang beradab dan berilmu. Pun, kita sebagai insan yang mengaku Islam, sudah seharusnya memperkaya dan memperdalam wawasan keIslaman kita. Kadang sih, sering muncul pertanyaan dalam hati “sudah seberapa banyak pengetahuan Islam yang kamu tahu?”. Jangan-jangan bahwa pengetahuan dasar-dasar agama pun kita masih jauh di bawah standart. Sudah sepantasnya, kita menjadi wakil-wakil ulama untuk mensyiarkan ajaran agama Islam. Yap, ketika kita belum mampu mensejajarkan diri dengan para alim ulama.

Kepergian para ulama, menjadi nasehat tersendiri. Apa kontribusi kita pada Islam dan sudah seberapa bagus bekal kita menghadap Sang Illahi?

Masihkah kamu tidak percaya bahwa segala sesuatu akan mendapat balasan? Masihkah kamu ragu hingga membuat kamu sering menunda perintahNya dan menyegerakan laranganNya? Masihkah kamu malas-malasan dengan berlindung pada kata ‘nanti saja’. Padahal titik usia terus melaju pada angka batas hidup (final life).

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim…

Mampukan kami agar terus selalu berdoa, bersujud, memohon ampun PadaMu. Betapa celakanya kami, jika di hari kemudian kami berakhir pada tempat yang mengenaskan.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Setelah kabar duka kematian tersebut, lalu status whatsApp kembali heboh dengan guncangan gempa yang terjadi di laut Majene, Sulawesi Barat.

Mungkin, ini salah satu menjadi kekhawatiran orangtuaku agar tetap tinggal di rumah. Masalahnya, bisnis BPku berjalan lancar jika berada di kota kelahiran presiden ketiga. Selain itu, saya lebih focus beribadah PadaNya dan bisa aktif pada berbagai kegiatan ‘kesukarelawanan’.

Tetiba mataku mengantuk, saat tulisan seribu kataku ini baru di angka enam ratusan kata. Kipas Miyako terus berputar meskipun di luar kamar sedang turun hujan (gerimis). Mataku semakin berat saja dan mulai berkaca-kaca.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Sebelum sholat Isya tadi, sambil menunggu… saya membaca sebuah buku yang berjudul Happy Writing karya Andrias Harefa. Didalam bukunya, menarik sekali, bahwa ia memberikan definisi menulis yang berbeda dari kebanyakan orang. Saat Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan definisi menulis yakni (1) membuat huruf, angka; (2) melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang dan membuat surat) dengan tulisan; mengarang cerita; (3) menggambar, melukis; (4) membatik. Sedangkan Andrias menjelaskan bahwa definisi menulis yang benar adalah definisi yang mendorong kita menulis dan terus menulis. Ia menyebutnya definisi “emosional”. Ia memberikan contoh, misalnya bagi si A menulis itu adalah aktualisasi diri; bagi si B menulis adalah menafkahi diri; bagi si C menulis adalah soal mendesain dengan metodologi tertentu; bagi si D menulis adalah melepaskan beban-beban emosi negative. Katanya, sepanjang definisi menulis membuat Anda menulis maka itulah definisi yang benar.

Lalu, pertanyaanya… kapan kamu mau menulis? Lebih tepatnya kapan kamu mau berkomitmen menulis?

Apapun alasanmu dalam menulis, tulislah tulisan yang berfaedah… sekecil apapun faedahnya. Tak jarang saya menemukan komentar di whatsApp bahwa kata mereka saya pandai merangkai kata. Sejujurnya, itu hanya akibat dari latihan (pembiasaan menulis di waktu usia anak-anak). Saat itu, saya hobbi menulis diary. Isinya pun hanya seputar runtutan cerita sederhana tentang aktivitas apa yang saya lakukan dalam sehari itu. Sungguh, saya menulisnya pada waktu itu agar saya tidak lupa. Dan sepertinya, alasan itu masih melekat hingga sekarang.

Kenangan yang berlalu tapi dituliskan (diketikkan), rasa (feel) kenangannya akan masih terasa saat kita kembali membaca tulisan kita. Menariknya, orang yang membaca tulisan kita pun akan ikut merasakan feelnya. Meski di otak mereka akan bermunculan persepsi tentang diri penulis. Tapi, jangan pedulikan itu…. Selama yang kamu tulis, bukanlah tulisan yang mengandung komposisi hoax lagi menghinakan sesuatu hal.

Banyak yang bilang, tulisan akan membuat penulis abadi. Hmm… sepertinya belum tentu. Tapi, setidaknya biarkan tulisan mu menemui pembacanya. Biarkan rangkaian katamu memasuki otak kecilnya. Semoga saja, kita bisa saling menulis dan saling membaca agar kita bisa saling menginspirasi (saling mengingatkan) satu sama lain.

Karena pengamatanku yang terungkap melalui rangkaian kata, belum tentu sama dengan pengamatanmu. Bisa jadi, kamu mampu melihat sesuatu dari sisi yang berbeda meskipun objek kita sama. Lalu, katamu… Aku tak sepandai dirimu dalam merangkai kata? Kalau begitu cobalah.. lagi dan lagi. Sambil memperbanyak membaca tulisan orang lain agar memperkaya referensi ide.

Selamat mencoba. Dengan senang hati akan membaca tulisanmu, saudariku… sesama keturunan kakek Nabi Adam dan Nenek Hawa  J Terima kasih telah membacanya dari awal hingga akhir (tuntas). Maafkan jika ada yang tak berkenang di hati. Jika biasanya saya hanya mengupload di wattpad, kali ini saya publish juga di blog pribadi untuk diteruskan di grup facebook Rumah Literasi Perempuan Gelora Parepare. 

[Parepare, 14 Januari 2021 pukul 21:12 wita]

 

 


Wednesday, January 13, 2021

Apa Kabar?

 

Foto dokumentasi pribadi [2019]

Bismillah.

2021, hello apa kabar? Sekarang sudah tanggal 13 dan kamu telah melewatkan 12 hari untuk seribu katamu. Ah, rasanya sudah sebulan saya melewatkannya dari tahun lalu. Terus, apa kamu ingin seperti ini terus? Hmmm… sepertinya tidak.

Saya akan berusaha mencoba lagi, dan lagi hingga oksigen tak berfungsi lagi pada raga ini.

2021, apa kabar?

Apa benar-benar baik? Yakin baik? Apa hanya sekedar mengucapkan baik namun sebenarnya dibalik kata baik, ada yang tidak baik?

Hmmm… saya tak ingin berprasangka buruk padamu viewers. namun, orang yang pandai bersyukur akan merasa benar-benar baik. Pertanyaannya, mampukah kita menemukan sesuatu hal yang disyukuri saat situasi tak benar-benar baik?

Saya yakin, mampu. Ya, mampukan dirimu untuk jeli melihat hal-hal yang patut disyukuri ditengah situasi yang memang tidak baik-baik saja.

Ok, saya ulangi?

Apa kabar? Apa kabar syukurmu? Masihkah memuncak atau terkikis dengan rasa mengeluh yang semakin menjulang tinggi.

Tarik nafasmu dan rasakan oksigen yang masuk dalam tubuhmu. Lalu, hembuskan dengan ucapan ya Allah.

Ulangi lagi, lagi dan lagi. Kemudian tutup dengan Alhamdulillah.

Bahwa kita masih mampu menghembuskan nafas setelah menarik nafas. Bayangkan jika kita tak mampu menghembuskan nafas kembali. Di luar sana, ada loh yang ingin bernafas dengan nyaman namun ia sedang mengalami penyakit asma. Ada juga yang ingin menghirup udara segar, namun tak berhasil ia dapatkan hanya karena udaranya tercemar dengan polusi udara.

Lalu, bagaimana kabarmu?

Ya, kabarmu?

Kabarku? Kamu bertanya balik, bagaimana kabarku?

Alhamdulillah masih sehat.

Alhamdulillah, saya masih bisa mengetik ini. Dan Alhamdulillah viewers masih bisa membaca ini. Terima kasih yakkk.

Sebenarnya saat ini saya sedang dilema, apakah tulisan saya yang seperti ini harus saya upload di youtube dalam bentuk podcast atau tidak yah? Menurut viewers gimana?

Saya sebenarnya ingin menghidupkan youtubeku yang sudah lama bahkan bisa dibilang sering vakum. Padahal, apa susahnya sih meluangkan waktu sehari untuk membuat konten video. Apalagi jika konten yang dibuat termasuk tulisan seribu kata ini bukan sesuatu hal yang mengandung komposisi hoax lagi hinaan.

Kenapa coba Hayana?

Tolong untuk diriku dan viewers yang melihat ini. Tolong rajinlah.

Memang, bisikan setan dan sejenisnya tak akan suka jika kamu rajin dalam hal-hal kebaikan. Justru, ia sangat senang jika kamu malas dan menunda hal-hal yang baik. Maka, tolong kuatkan jiwamu, hatimu, ragamu, untuk melawan bisikan godaannya untuk berleha-leha.

Oiya, hari ini saya membaca sebuah buku Ensiklopedia Teori Komunikasi yang ditulis oleh…. Tunggu, kok tidak ada penulisnya. Yang ada hanya editor Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss. 

Apa yang menarik? 

Bahwa kita sering terlintas bahwa waktu terasa semakin cepat. Benarkah dalan penjelasan buku tersebut bahwa proses perkembangan dan penuaan kita selalu berkaitan dengan jam genetic dan biologis. 

Hukum Janet dideskripsikan oleh Josef Holubar dalam karyanya, The Sense of Time: An Electrophysiological Study of Its Mechanism in Man. Hukum ini menyatakan bahwa lamanya durasi subjektif dari sensasi kita adalah berbanding terbalik dengan lamanya hidup yang sudah kita jalani.

H. Hoagland, dalam esainya, “Some Biochemical Considerations of Time,” menjelaskan bahwa pelambatan konsumsi oksigen di otak menyebabkan waktu tampak lebih cepat dan makin cepat seiring usia, dan pada anak yang otaknya kaya dengan oksigen waktu berlalu lebih lambat. Mungkinkah benar seperti itu?

Waktu terasa cepat di otak manusia yang tidak masuk dalam kategori anak-anak karena oksigen semakin sedikit di dalam otak orang dewasa. Mungkinkah benar seperti itu?

Tolong tanyakan pada dokter, apa benar seperti itu?

Beberapa tulisan yang tersebar dengan nuansa religi bahwa jika waktu terasa semakin cepat, maka itu berarti dunia semakin mendekati kehancurannya. Wallahu’alam. Sungguh, hanya Allah yang Maha Mengetahu, para manusia hanya sok tau termasuk sang pengetik tulisan ini.

Kemarin, saya menulis caption bahwa Yang berlalu biarlah berlalu dengan istighfar sepaket Alhamdulillah, yang belum berlalu maka jangan biarkan berlalu begitu saja. Saat ini, memang penting untuk memanfaatkan waktu. 

Karena memang, saya pribadi merasa waktu itu terasa semakin cepat saja. Tapi, memang di satu sisi waktu akan terasa lambat jika kita sedang berada dalam situasi menunggu.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Jadikan kami manusia yang mampu memanfaatkan waktu yang bernilai pahala disisiMu. Karena merugilah kami jika waktu berlalu dengan sia-sia bahkan celakalah kami jika waktu berlalu dan meninggalkan jejak pada catatan malaikat Atid.

Waktu yang terus berjalan meskipun tanpa kaki. Berputar di angka dan bulan yang sama namun tidak pada tahun. Lalu mengapa disebut ulang tahun? Jika yang berulang bukanlah tahun.

Entahlah, sepertinya saya harus jeda dulu menulis ini. Dikarenakan adzan sholat magrib sedang berkumandang.

Sholatlah di awal waktu, dan semoga Allah senantiasa memberikan kebahagiaan kita di awal waktu. Karena belum tentu, kita masih hidup di tengah waktu apalagi akhir waktu.

***

Setelah terjedah beberapa jam… ya, saya melanjutkan tulisan ini setelah makan malam dan sholat Isya. Sebenarnya, saya ingin cepat tidur. Namun, saya teringat dengan tulisan seribu kata ini yang mesti diupload minimal di wattpad. 

Oiya, viewers… Alhamdulillah tadi saya makan nasi dan puluhan udang kecil. Orang di tempatku menyebutnya sebagai balaceng. Namun, temanku dari Soppeng menyebutnya sebagai lame’lame’. Jadi itu seperti udang kecil yang dikeringkan. Biasanya dijual perliter. Rasanya lumayan enaklah… apalagi jika dimakan bersama mangga muda. Ya, walaupun tadi saya makan kurang mangga, tapi cukuplah.

Hari ini juga saya melihat senyum bahagia. Salah seorang kenalan yang dulunya staf kini menjadi dosen dan hari ini resmi menjadi seorang isteri. Semoga disegerakan menjadi ibu juga. Aamiin.

Senyumnya merekah saat sesi foto pasca wedding. Ya, memang seharusnya senyum kan. Tertiba saya ikut tersenyum jika memikirkan ‘kelak saya bersama siapa ya?’. Namun, peryataan teman usai dari acara nikahan bahwa kita tidak tahu, apakah jodoh yang duluan atau ajal. 

Yapppp,,, kita memang tidak tahu yang mana duluan. Kurasa hal terpenting sekarang adalah memantaskan diri untuk jodoh maupun kematian. Ada satu hal lagi yang mesti dipantaskan. Apa itu? Rezeki. Jika kamu ingin berlimpah rezeki dalam hal ini harta maka pantaskan dirimu menjadi hartawan yang dermawan. 

Yaiyalah, sangat rugi bahkan bisa celaka jika kita menjadi hartawan yang karun. Karun? Yaappp coba deh baca kisah karun. Sungguh, tragis.

Smartphoneku mulai menarik perhatianku, yang dari tadi saya cas. Kadangkala informasi yang masuk dalam smartphoneku menjadi batu penghalang yang membuyarkan jadwal tidur awalku. 

Hmmm…. Sepertinya saya harus tegas pada diriku sendiri. Karena ketidaktegasan akan berujung pada sikap yang selalu menunda-nunda bahkan membuat akar malas semakin menguat. Benar gak sih?

Parepare, Rabu 13 Januari 2021 pukul 20:26 wita.

 

 

Popular Posts

Translate

"Beloved"

"Beloved"

Followers