Pages

Artikel (Kode Etik): Krisis Kejujuran Hasilkan Potensi Mahasiswa Bernilai Palsu

Artikel ini dibuat dalam rangka partisipasi mengikuti Dakom Award 2016. Lomba blog. Yuk, Baca Selengkapnya...

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare

STAIN Parepare merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri yang ada di kota Parepare. Yuk, Kunjungi Websitenya...

Mari Bersedekah

Yuk, lihat iklan video karya Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam. STAIN Parepare

filsafat islam

Ingin Menjadi Seperti Pohon

Mengapa inging menjadi pohon? Yuk, Baca selengkapnya

Monday, August 3, 2020

Anti Mainstream, Tiap Hari Rela Qurban Perasaan


Setiap kali hari perayaan Idul Adha, berbagai postingan muncul mulai dari yang serius sampai yang serius lucu. Misalnya katanya yang diqurbankan itu hewan bukan perasaan.

Hmm…. Mungkin maksudnya ingin meyepadankan kata qurban dan korban ya?

Kutanyakan pada Om Gugel, apa sih arti qurban? Yang sering terlintas di otak kecil kan tentang pemotongan hewan sapi atau kambing dengan niat yang berbeda-beda bagi setiap pemilik hewan. Ada benar-benar karena Sang Pencipta dan ada yang benar-benar karena sang nitizen (ciptaan) semata.

Kata Qurban berasal dari bahasa Arab Qariba yang berarti dekat atau mendekatkan. Qurban yang dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Lalu apa hubungannya dengan perasaan? Menurutku tak mengapa sih jika kita masih dalam posisi korban perasaan artinya belum bisa qurban hewan sapi atau kambing.

Kenapa?

Ya, kenapa coba.

Coba dipikir sambil menatap mata sapi, bukan telur mata sapi yakkk. Hehe (transisi teks non komersial).

Ada dua tipe orang terkait tentang Qurban dan Korban:

Pertama, orang yang berqurban  karena niatnya lillahi ta’ala maka sebelumnya ia akan mengorbankan perasaan egonya. “Mendingan uangnya buat ini, buat itu. Ngapain sih harus beli hewan itu?”, bisik pikiran buruk yang merasuk kalbu. Perasaan seperti itulah yang harus dikorbankan agar tidak diikuti.

Kedua, orang yang berqurban karena niatnya nitizen, maka sebelumnya ia juga berkorban. Tentu, ia berkorban materi. “Ikut Qurban aja, kan bagus tuh dicap sebagai horang kaya,” bisik pikiran buruk merasuk kalbu. Maka ia pun rela uang gaya hidupnya selama setahun dialokasikan untuk membeli hewan populer di bulan Zulhijjah itu.

Kedua tipe orang tersebut sama-sama berkorban. Namun, orang pertama berkorban sebanyak dua kali yakni korbankan ego dan mengorbankan materi sedangkan orang tipe kedua hanya mengorbankan materi saja. Egonya tetap dipeluk erat dan tak ingin dilepas gitu kayak boneka. Hehe (aku bukan boneka, boneka. Terlintas dehhh).

Terlepas dari kedua tipe orang tersebut, sejatinya dan semestinya lagi selayaknya kita harus senantiasa berqurban dan berkorban sepanjang hayat. Berqurban (berusaha mendekatkan) perasaan dengan Sang Maha Pencipta dengan cara mengingatNya dan berkorban perasaan negative untuk menemukan diri yang lebih positive think and act (pikiran dan tindakan).

Apa manfaatnya?

Pertama, perasaan yang merasa dekat dengan Sang Pencipta Allah SWT maka kita akan berusaha selalu untuk melaksanakan seluruh perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Kita akan selalu merasa mendapat pengawasan DariNya dalam bentuk pantauan oleh kedua malaikatNya Atid dan Rakib.

Kedua, sesuatu yang dikorbankan dapat berarti melepaskan. Nah, melepaskan perasaan negative (negative feeling) akan memengaruhi pikiran dan tindakan kita. Tentu, ini akan berdampak pada orang-orang yang berada di sekitar kita, bukan hanya makhluk nitizen virtual semata.

Bayangkan, jika setiap hari Anda selalu berqurban dan berkorban setiap saat disertai keikhlasan. Tentu hidup Anda bahagia lagi menentramkan. Tapi tolong jangan hanya dibayangkan ya. Karena bayangan akan menghilang dan tak berbekas jika tidak diupayakan secara nyata.

Jadi, jika ada yang melirikmu karena masih qurban lagi korban perasaan. Maka balaslah dengan senyum panjang kali lebar. Maksudnya, panjangkan durasi senyum sampai mereka heran, dan lebarkan senyummu sampai gigi bersihmu terlihat menyilaukan mata. Tentu sikat gigi dahulu, hehe.

Aura kebahagiaan yang Anda tampakkan akan menjadi aura keheranan bagi mereka. Anda merasa bahagia lagi tentram, sedangkan mereka… (tolong lanjutkan sediri).

Tolong ‘ngehlah’ bahwa kebahagiaan itu sangat mudah didapatkan meskipun tanpa melibatkan orang banyak lagi harta karun.

Banyak yang bilang bahwa kebahagiaan itu ada di dalam hati, namun seberapa pandaikah kita menemukan titik-titik kebahagian itu? Di tengah godaan jin, setan dan sejenisnya yang semakin pandai menggoda hati dan pikiran kita.

Saat saya mengetik ini pun, beberapa kali saya digoda untuk berhenti menarikan jari jemari di atas keyboard saat saya menemui momen blank idea. Namun, kuluruskan niat lagi dan lagi bahwa saya ingin Anda tetap tersenyum lebar lagi manis saat ditanya “Kamu, masih korban perasaan?”

Tuh kan, Anda mulai tersenyum. Lalu Anda bertanya kepadaku, tahun ini udah berqurban hewan atau masih qurban perasaan? Tentu senyumku tak dapat kutampakkan secara nyata. Hehe. Maka tolong wakili saja saya terseyum di wajahmu, sekarang.

Eitss…. Masih ada dua hal. Pertama maafkan kata yang menyinggung dan kedua terima kasih sudah baca dari awal sampai akhir. Hayatilah sepanjang hayat, dari Aku si Hayana.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Popular Posts

Translate

"Beloved"

"Beloved"

Followers