Pages

Artikel (Kode Etik): Krisis Kejujuran Hasilkan Potensi Mahasiswa Bernilai Palsu

Artikel ini dibuat dalam rangka partisipasi mengikuti Dakom Award 2016. Lomba blog. Yuk, Baca Selengkapnya...

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare

STAIN Parepare merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri yang ada di kota Parepare. Yuk, Kunjungi Websitenya...

Mari Bersedekah

Yuk, lihat iklan video karya Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam. STAIN Parepare

filsafat islam

Ingin Menjadi Seperti Pohon

Mengapa inging menjadi pohon? Yuk, Baca selengkapnya

Saturday, July 30, 2022

Jumpa & Rasa [Lagi]

 




Bismillah...

Seharian tidak melakukan kegiatan produktif, membuat jiwa ini selalu menyesal. Jika waktu hanya terbuang scrooling beranda sosial media, rasanya benar-benar sia-sia. Padahal waktu terus berjalan meskipun tanpa kaki.

Ada banyak hal yang mesti saya selesaikan. Namun, jiwa malasku sering menguat mengakar membuatku mager tingkat tinggi. Astagfirullah... ampuni jiwa dan raga ini yang lalai.

Tetangga kamar kos, Lisa mengetuk pintuku. Ia memberi dua potong paria. Di daerahku disebut Kambu Paria. Makanan bersantan dengan kelapa parut yang disangrai. Jangan tanya bagaimana rasanya, tentu mengikuti rasa paria yang bercita rasa dasar pahit.

Dulunya saya tidak suka, namun karena sering melihat kedua orangtuaku yang lahap memakan paria akhirnya, saya tersugesti jadi ikutan suka. Bisa begitu ya? Rasa suka semakin menguat karena memang Paria kaya khasiat.

Belum cukup satu jam berselang, Lisa kembali mengetuk pintu kamarku. Ia bertanya, apakah saya suka makan belut?

Dengan nada agak ragu, saya bertanya “sudah dimasak?”

Mengingat saya sangat geli (bukan geli, tapi jijik campur takut) melihat wujud utuh belut yang mirip ular.

“sudah dimasak Palekko kak,” kata Lisa sambil tersenyum.

Saya kemudian mengambil piring yang dipegangnya. Kupindahkan ke tempat lain, lalu saya pun mengembalikan piringnya.

“Lama sekali mi, tidak makan ka belut. Waktuku ji kecil,” kataku pada Lisa lalu mengucapkan terima kasih.

Kutatap baik-baik masakan palekko belut ini. Meski sudah diolah, saya masih bisa melihat dengan jelas kepala belut. Sayapun dengan agak ragu  memakanan dengan nasi hangat dari ricecooker.

Jika bukan karena kandungan Omega tinggi yang dimiliki belut, sepertinya saya tidak akan memakannya. Hehe

Kalau tidak salah, saya makan belut hanya ketika masa SD. Itupun waktu itu saya dipaksa.

“Makan i supaya pintar,” kata mamaku sambil memberi belut bakar.

Waktu itu saya hanya makan secuil saja. Sedikit sekali.

Saya tidak menyangka, hari ini masih diberi kesempatan untuk memakan belut lagi.

Semoga Allah memberikan keberkahan atas apa yang kita makan dan minum. Aamiin.

Sepertinya, kali ini ketikan ku tidak sampai di seribu kata karena ada hal yang harus saya selesaikan.

See you, my readers.

Terima kasih telah membaca hingga tuntas J Parepare, 30 Juli 2022 pukul 20:10 wita.

===

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun Maha Penyanyang” Qs. An Nahl:18

 

Popular Posts

Translate

"Beloved"

"Beloved"

Followers