Bismillah...
Seharian tidak melakukan kegiatan produktif, membuat jiwa
ini selalu menyesal. Jika waktu hanya terbuang scrooling beranda sosial media,
rasanya benar-benar sia-sia. Padahal waktu terus berjalan meskipun tanpa kaki.
Ada banyak hal yang mesti saya selesaikan. Namun, jiwa
malasku sering menguat mengakar membuatku mager tingkat tinggi.
Astagfirullah... ampuni jiwa dan raga ini yang lalai.
Tetangga kamar kos, Lisa mengetuk pintuku. Ia memberi dua
potong paria. Di daerahku disebut Kambu Paria. Makanan bersantan dengan kelapa
parut yang disangrai. Jangan tanya bagaimana rasanya, tentu mengikuti rasa
paria yang bercita rasa dasar pahit.
Dulunya saya tidak suka, namun karena sering melihat kedua
orangtuaku yang lahap memakan paria akhirnya, saya tersugesti jadi ikutan suka.
Bisa begitu ya? Rasa suka semakin menguat karena memang Paria kaya khasiat.
Belum cukup satu jam berselang, Lisa kembali mengetuk pintu
kamarku. Ia bertanya, apakah saya suka makan belut?
Dengan nada agak ragu, saya bertanya “sudah dimasak?”
Mengingat saya sangat geli (bukan geli, tapi jijik campur
takut) melihat wujud utuh belut yang mirip ular.
“sudah dimasak Palekko kak,” kata Lisa sambil tersenyum.
Saya kemudian mengambil piring yang dipegangnya. Kupindahkan
ke tempat lain, lalu saya pun mengembalikan piringnya.
“Lama sekali mi, tidak makan ka belut. Waktuku ji kecil,”
kataku pada Lisa lalu mengucapkan terima kasih.
Kutatap baik-baik masakan palekko belut ini. Meski sudah
diolah, saya masih bisa melihat dengan jelas kepala belut. Sayapun dengan agak
ragu memakanan dengan nasi hangat dari
ricecooker.
Jika bukan karena kandungan Omega tinggi yang dimiliki
belut, sepertinya saya tidak akan memakannya. Hehe
Kalau tidak salah, saya makan belut hanya ketika masa SD.
Itupun waktu itu saya dipaksa.
“Makan i supaya pintar,” kata mamaku sambil memberi belut bakar.
Waktu itu saya hanya makan secuil saja. Sedikit sekali.
Saya tidak menyangka, hari ini masih diberi kesempatan untuk
memakan belut lagi.
Semoga Allah memberikan keberkahan atas apa yang kita makan
dan minum. Aamiin.
Sepertinya, kali ini ketikan ku tidak sampai di seribu kata
karena ada hal yang harus saya selesaikan.
See you, my readers.
Terima kasih telah membaca hingga tuntas J Parepare, 30 Juli 2022
pukul 20:10 wita.
===
“Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh,
Allah benar-benar Maha Pengampun Maha Penyanyang” Qs. An Nahl:18