Uang saku tak akan sampai di tangan jika isi perutku ini
masih kosong. Itulah peraturan yang berlaku di rumah ketika saya masih di tingkat
Sekolah Dasar (SD) bahkan sampai di tingkat perguruan tinggi. Orang tua seakan tak mengizinkan aku berangkat
ke sekolah jika perutku masih kosong. Ibuku yang sibuk di pagi hari terkadang
tak sempat untuk memasakkan makanan untukku. Namun, ibu tak pernah kehabisan
ide dalam mewujudkan keinginannya dalam rangka menciptakan keluarga yang sehat
dan cerdas. Energen menjadi pilihan alternatif ibuku dibalik karirnya sebagai
pedagang jajanan sekolah.
Berbekal segelas Energen rasa kacang hijau (kesukaanku)
disertai sepotong kue dagangan ibuku, mampu mengisi kekosongan perut di pagi
hari. Tak hanya aku saja yang disiapkan, Ayah dan kakak lelakiku tak luput dari
perhatiannya bahkan ibuku juga suka meminumnya. Kebiasaan inilah yang membuatku
tetap prima dalam kelas. Di saat teman-teman yang lain sibuk memperhatikan jam
dinding ataupun pintu keluar kelas dikarenakan rasa lapar akibat melewatkan
sarapan pagi. Aku dengan penuh konsentrasi, justru sibuk memerhatikan dan
mencatat poin-poin penting yang diungkapkan oleh sang guru. Beberapa teman
bahkan dengan sengaja meminta izin keluar ke toilet, padahal sebenarnya mereka
keluar ingin ke kantin untuk menjanggal perut mereka yang sedang lapar. Lalu
siapa yang akan rugi? Mereka telah melewatkan penjelasan guru yang tak cukup
jika hanya mengandalkan penjelasan buku pelajaran.
Meminum segelas Energen sebagai sarapan di pagi hari
merupakan aktivitas rutin yang bertahan hingga aku menyandang status mahasiswa.
Meski di masa ini saya telah tidak tinggal lagi bersama orangtua, namun aku tak
pernah melewatkan pesan ibu, agar tetap mengisi perut sebelum berangkat. Ya,
saya sadar akan pentingnya menjaga perut dari rasa lapar yang sangat mengganggu
ketika aktivitas belajar telah berlangsung. Konsentrasi bisa pecah saat perut merasa
lapar. Apalagi jika mata kuliah padat mengharuskan kami harus duduk di kelas
hingga menjelang siang hari. Bukankah pada saat berfikir, otak membutuhkan
asupan gizi yang cukup tinggi? Nah, Energen bisa menjadi solusi. Bahkan jika
kamu tidak sempat meminumnya, kamu bisa menyeduh dan menyimpan pada botol yang
kedap panas. Hal ini tentu praktis bagi kamu dalam mengatasi kekosongan perut.
Sikap istiqomah dalam membuat tubuh tetap prima di pagi hari
menjadikan saya sangat antusias dalam menyimak penjelasan dosen di kampus.
Banyak materi yang saya serap dan membuat analisa berfikirku semakin kuat. Hal ini
terbukti dengan berbagai pencapaian prestasi bahkan yang paling berkesan ketika
hari wisudah tiba. Saat namaku diumumkan, Hayana menjadi salah satu mahasiswa
yang meraih IPK (Indeks Prestasi Kumulatif ) terbaik. Nilai 3,95, sebuah IPK
yang memuaskan untukku, membuat kedua orangtuaku merasa bangga saat menghadiri acara
wisuda yang digelar di kampus. Nah, saat teman-teman bertanya apa resep rahasia
berprestasi? Aku bilang, salah satunya “jangan pernah melewatkan sarapan, karena
kau butuh energi yang lebih besar dalam berfikir. Sementara prestasi adalah
cerminan dari hasil proses berfikir otakmu”Foto Bersama dengan Ketua STAIN Parepare dan Para Mahasiswa Peraih IPK Terbaik. Hayana, urutan dua dari sebelah kiri |