Dokumentasi Pribadi, Mamasa [2018] |
Bismillah…
Salah satu cara agar kita sadar
waktu yakni dengan menulis daily seperti ini. Karena kita akan bisa mengamati
apa yang terjadi dalam sehari lalu menuangkan dalam bentuk rangkaian kata,
tentu akhiri tulisanmu dengan keterangan tanggal dan waktu. Hal ini juga akan
merawat ingatan kita. Yap, seperti tulisan sebelumnya (kemarin).
Kali ini, saya ingin membahas kata ‘tiba-tiba’.
Tiba dan tiba-tiba, tentu memiliki
arti yang berbeda meskipun berasal dari kata yang sama. Namun, pengulangan kata
sepertinya memberikan makna yang berbeda. Otak ini segera tertuju pada ingatan
berbagai postingan tentang duka yang melanda Sulawesi Barat.
Apa yang terjadi?
Sepertinya, viewers sudah tahu dan
sudah melihat berbagai postingan yang memperlihatkan kondisi dua kabupaten
yakni Majene dan Mamuju. Meskipun sebenarnya di luar pulau Sulawesi, pulau
Kalimantan juga terkena musibah yaitu banjir di Kalimantan Selatan. Ketika disebut
Kalimantan, pikiran ini tertuju pada abang yang sedang merantau di sana. Meskipun
ia tinggal di Kalimantan Timur, tetap saja otak ini menaruh secercah
kekhawatiran padanya.
Ok, kita kembali ke kata ‘tiba-tiba’.
‘tiba-tiba’ kata sederhana namun
mengandung unsur kecepatan, tak terduga (tak disangka). Ketika kita berada pada
situasi ‘tiba-tiba’ bisa jadi sepaket dengan rasa sedih ataupun bahagia.
Namun, situasi ‘tiba-tiba’ yang
melanda Sulawesi Barat meninggalkan duka bagi para korban yang terdampak akibat
gempa bumi.
Rasanya dulu waktu kecil, bencana
hanya sering terjadi di luar pulau Sulawesi tapi kini berbagai bencana menerpa
tetangga kabupatenku. Seolah jiwa ini, ikut larut membayangkan bahwa tempatku
hidup bisa jadi akan mendapatkan pula ‘situasi tiba-tiba’ yang tak diinginkan.
Situasi ‘tiba-tiba’ bukan hanya
menyangkut bencana alam namun juga kehilangan sosok ataupun perubahan diri.
“tiba-tiba baik, tiba-tiba jahat”
adalah dua hal yang berbeda namun datangnya bisa jadi memiliki kecepatan yang
sama, mungkin.
Semoga kita selalu berada posisi ‘tiba-tiba
baik’ artinya bukan karena ada maksud yang tersembunyi namun karena Allah
memberikan petunjukNya (hidayahNya) pada kita. Karena, siapa lagi yang akan
memberikan petunjuk?
(Tunjukilah Kami Jalan yang Lurus).
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Hujan lembut turun menempa bumi, meski
sebelumnya hujan keras yang disertai angin juga turut eksis. Mataku yang mulai
berat dikarenakan ‘tiba-tiba’ merasa mengantuk. Namun, kuingat tentang komitmenku
seribu kata dalam sehari mesti segera dituntaskan.
Memang, ada banyak hal yang patut
dituntaskan bukan hanya soal di dalam diri (internal) tetapi juga di luar diri
(eksternal).
Hmmm.. tentang ‘tiba’tiba’
Kejutan apa lagi yang akan
diperlihatkan? Tentu, sama sekali saya tak marah dengan pencipta. Namun, Allah
bisa saja sebaliknya menjadi murka pada kita jika berkali-kali peringatannya
menyapa raga ini. Namun anehnya, kita masih pura-pura tidak sadar.
Kemungkinan terburuk seringkali
menghantui dalam otak kecil ini. Namun, keyakinan padaNya mesti dikuatkan
akarnya agar hasilnya selalu menemui titik akhir yang terbaik.
Atas segala apapun yang terjadi,
tentu kita harus pandai memaknai. Ya, hari ini saya dilintaskan caption bahwa
sedih L bisa
diubah menjadi senyum J dengan
menggunakan lensa pemaknaan. Lalu, di mana bisa mendapatkan lensa itu?
Tentu lensa pemakna ini tidak bisa
ditemukan hanya dengan mengandalkan pasar ataupun gugel. Lensa pemakna terbuat
dari rasa syukur dan intropeksi.
Dua kata tersebut memang sangat
sederhana namun besar manfaatnya. Ketika semua orang memiliki rasa syukur dan
senantiasa berintropeksi, sepertinya hidup akan lebih menentramkan meskipun di
situasi yang tidak baik-baik saja. Lalu, maukah kamu mewujudkan cita-cita hidup
tentram itu? Maka mulailah dari diri sendiri.
‘tiba-tiba’ hujan yang tadinya soft
menjadi hard.
Bayangan para relawan yang berjuang
membantu para korban disana mengusik pikiran. Hati-hati yang ikut merasa
beramai-ramai membuat penggalangan dana secara online dan offline. Saya mencoba
menutup mata, lalu kemudian membuka kembali. Akhirnya, saya kembali menemukan
mataku yang berkaca-kaca. Seolah rasa ngantuk terus menggodaku untuk menunda
tulisan seribu kata ini.
Kali ini, saya benar-benar merasa
mengantuk. Namun tulisan ku baru di angka lima ratusan.
Lalu saya harus menulis apa lagi?
Saya memperbaiki posisi duduk,
kuharap viewerspun memperbaiki posisi duduk sekarang (jika duduk).
Lalu, viewers…
bagaimana tanggapanmu tentang ‘siatuasi
yang tiba-tiba” terjadi kemarin itu?
Saya teringat dengan postingan di
facebook tentang kita yang kehilangan tiga hal di awal tahun 2021.
Pertama Bumi (bencana alam), Langit
(tragedy pesawat) dan yang ketiga cahaya yakni saat meninggalnya Syekh Ali Jaber
yang merupakan salah satu gudang ilmu dan referensi teladan.
Berbagai video ceramahnya di masa hidupnya,
hari ini kembali tersebar. Tentu, sungguh beruntunglah seseorang jika raganya
telah dimakan ulat, namun amalnya masih terus bertambah. Lalu, apa yang kitak
lakukan agar bisa berpeluang mendapatkan amal jariyah?
Hmmm… hal kecil bisa dimulai dengan
menulis.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Saya benar-benar bingung dan
mengantuk harus menulis apa lagi. Keinginan untuk baring, terbersit.
Jangan baring Hayana!!! Karena saat
kau baring maka tulisanmu ini tidak akan selesai.
Lalu saya harus menulis apa lagi?
Bolehkah dengan kalimat pengulangan
seperti kata ‘tiba-tiba’ (kata kuadrat).
Nyatanya, jika kita seringkali
diberi peringatan seharusnya membuat kita sadar bahwa kita harus berubah
menjadi insan yang berpeluang diridhoi OlehNya. Aamiin. Semoga saja
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Bolehkah saya mengulangi?
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah
Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya
Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah
Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya
Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah
Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya
Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah
Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya
Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah
Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya
Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah
Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya
Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Jika viewers menganggap tulisan
receh ini berfaedah silahkan sebarkan agar viewers menjadi jembatan sampainya
tulisan ini ke otak yang lain. Namun, jika viewers ingin memberikan tanggapan
maupun kritik saran, tentu boleh. Silahkan kirimkan via DM Instagram @hayanaa
atau email Hayanaheart@gmail.com.
Terima kasih dan maafkan. [Parepare, Jum’at 15 Januari 2021]
0 comments:
Post a Comment