Pages

Saturday, May 18, 2019

Mati Bukan Judul Asli



Mati
Jika semua bernyawa akan merasakan kematian maka kita hanya menunggu hari. Kita sering kali menunggu jadwal ujian, jadwal interview kerja, jadwal cek kesehatan, jadwal sinetron dan jadwal lainnya. Namun pernahka kita menunggu jadwal kematian kita?
Apakah ada yang menunggu jadwal kematian? Lalu, ada berbisik orang-orang sakit, orang-orang yang merasa putus asa selalu menunggu jadwal kematiannya. Dipikirannya hanya ada permohonan, “bisakah aku mati saja?” tanyanya yang mungkin menghadap ke langit.
Padahal banyak di luar sana melihat selang infuse, melihat benjolan tumor ataupun merasakan sakit tapi ingin hidup lebih lama lagi. Jika orang-orang yang menguatkannya adalah orang-orang yang dicintai-Nya maka apakah ada yang kuat saat ia sebenarnya seorang diri?
Jika kamu merasa sendiri, sesungguhnya tidak. Kita sering tak sadar ada banyak yang selalu mengawasi kita. Bukan Cuma malaikat Rakib dan Atid, namun setan dan jin pun selalu saja mengikuti kita, bersiap menggoda untuk lebih dekat dengannya agar bisa berkumpul di Neraka-Nya.
Seratus lima puluh perkata, maka masih ada delapan ratus lima puluh untuk mencapai seribu perkata dalam sehari. Menjelang petang hari saya menonton video Tere Liye. Sosok penulis yang sebenarnya belum pernah say abaca bukunya meskipun itu Cuma satu lembar.
Saya menerima tantanggannya untuk menulis seribu kata perhari selama seratus delapan puluh hari. Aturannya saat kamu lupa sehari menulis, maka ulangi lagi dari awal walaupun sudah sampai 179 hari.
Ok, saya menerima tantangannya dan akan kutemui diriku yang berbeda dengan pembaca setia mulai dari hari pertama. Entahlah saya mau menulis apa? Bagus atau tidak? Menarik atau membosankan? Sistematis atau berantakan? Yang jelasnya saya memulai menulis yang pada kenyataannya saya akan mengetik (menyentuhkan ujung jari jemariku dengan keyboard laptop yang dibeli tahun dua ribu sepuluh.
Dua ratus tujuh puluh delapan,
Jumlah kata lalu saya berbicara apa lagi?
Apakah ide akan mati? Ide tak akan mati tapi ide cemerlanglah yang susah d
***
Temanku memanggil makan mangga bersama terasi cabai maka terjedahlah sejenak. Kenapa sih kita suka makan cabai? Padahal cabai itu pedas dan kadang membuat kita menangis saking pedasnya. Namun, bagi pecinta pedas…cabe selalu membuat rindu meskipun menyakitkan lida dan bibir, membuat mata berkaca-kaca bukan karena sedih ataupun bahagia.
Jika pedas itu seperti masalah? Apakah masih ada yang ingin merindukannya?
Setiap orang punya masalah begitulah kalimat populernya. Namun, ada orang yang tampak hidupnya biasa-biasa saja tanpa masalah. Sungguh, ia bukannya tidak mempunyai masalah tetapi ia tidak menceritakan masalahnya ke ranah public atau menyebarkannya dari satu telinga ke telinga lain.
Lebih keren lagi, jika ada manusia yang tidak mengganggap masalah sebagai masalah. Hidupnya simple tanpa pikiran-pikiran rumit yang bisa menjadi masalah dalam otak dan hatinya.
Ada juga yang melihat sesuatu sebagai masalah. Hal baik pun menjadi sebuah masalah baginya.
Oke, baiklah hentikan membahas masalah karena saya tak ingin tulisan ini penuh dengan masalah.
Tahukah kamu bahwa orang penting selalu dihormati dan diistimewakan. Namun, orang penting hanya dianggap penting jika kamu memiliki kepentingan terhadapnya. Tapi ada juga orang penting yang kadang diabaikan. Bersyukur kalau mereka masih ada seperti orangtua, anak, isteri, suami ataupun sahabat yang kadang menyebalkan bagimu. Hehe
Apakah kamu pernah merasakan semakin orang banyak berbicara maka besar peluang mereka akan merasa bosan. Maka, bersyukurlah dengan jarak. Jarak yang membuat perjumpaan sangat berarti ketika baru berjumpa lagi. Tapi perjumpaan yang sekian lama, direbut dengan cara yang halus oleh benda canggih touch screen.
Lima ratu empat puluh empat,
Sungguh jumlah katanya sesuai dengan angka yang tertulis di atas saat kamu membuktikannya dengan mengcopy teksnya ke Microsoft  office word. Pada bagian sisi kiri bawah kamu akan melihat jumlah katanya (words).
Lalu saya harus mengetik apa lagi?
Bagaimana kalau kita kembali ke judul awal, mati.
Tangan kanan ku mengambil sepotong kue berwarna putih berbentuk balok kecil. Kugigit menggunakan gigi seriku, rasanya manis. Entah apa namanya tapi kue ini seperti terbuat dari tepung yang dicampur dengan gula dan di oven.
Saya sebenarnya merasa ngantuk, namun targetku seribu kata belum tercapai. Pantang tidur sebelum tercapai, lalu saya harus mengetik apa lagi?
Ada tulisan lima we satu ha (what, where, who, when, why and how) yang menunggu untuk diselesaikan. 
Tugas itu memberatkan padahal tidak mempunyai beban dalam satuan kilogram. Tapi tugas itu kadang berat karena dijadikan beban perasaaan.
Qwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
Itu urutan huruf pada keyboard secara horizontal.
Enam ratus Sembilan puluh dua,
Apa yang harus saya tulis lagi? Sepertinya judulnya saya akan mengubahnya dengan kalimat pertanyaan. ‘Apa yang harus saya tulis lagi?” walaupun judul awalnya adalah mati. Dikarenakan ikan yang baru dua malam di kamarku mati karena tak bernafas lagi menggunakan insannya.
Ah, apakah itu salah ku atau takdirnya mati. Sungguh saya tidak tau dan membuat mataku semakin merasa ngantuk.
Ternyata, mengetik seribu kata itu bisa mencapai tiga lembar halaman di word office. Saya jadi teringat dengan novel perdana ku yang sementara ini proses editing oleh tim Kaaffah learning center. Kami yang masuk dalam program tiga puluh hari menulis buku harus menyetor tulisan sebanyak tiga lembar. Jujur, kadang saya merasa berat. Namun, pada akhirnya buku itu rampung dan menyakinkan saya bahwa apapun itu selama dikerja maka akan selesai selama tetap dikerja.
Bahkan target seribu perkata ini akan menjadi kendala bagi saya saat punya kesibukan lain yang duper dan super menyita waktu/
Suara tawa kecil terdengar, walaupun sebanarnya mataku merasa ngantuk.
Lalu apa yang harus saya tulis?
Sunggu mataku lebih hanya fokus ke keyboard yang mulai agak rabun.
Lalu apa yang harus saya tulis lagi? Apa? Saya tak mendengarnya? Terima kasih telah setia membaca tulisan ini hingga akhir.
Kuharap kau pembaca yang tak kuketahui tetap setia hingga seratus delapan puluh hari. Kuharap kau tak membacanya satu hari 5 tulisan. Kenapa tak boleh?
Karena setiap tulisan akan memberi warna yang berbeda dan acak-acakan. Jika itu es buah, sungguh bukan Cuma tentang es buah tapi ada agar-agar dan nata decoco yang ikut di dalamnya.
Hari ini kau berbuka dengan apa? Saya tak berbuka, tapi temanku berbuka dengan gelas yang berisi air berwana merah dengan es membeku bukan es ‘batu’ tapi beku dari warung terdekat hasil barter kertas gambar parang.
Sembilan ratus delapan puluh satu.
Lalu apa yang harus saya tulis lagi? Mendekati akhir cerita rasa gado-gado tanpa bantun lidah yang tak bertulang, oke
_____
Note: Tulisan ini sengaja tidak diedit (Hari pertama). Harap maklum dengan kata-kata yang kekurangan atau kelebihan huruf. hehe 
Beberapa foto diselipkan meskipun gak nyambung setidaknya tidak membuatmu bosan (Foto dok pribadi)

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Translate

"Beloved"

"Beloved"

Followers