Pages

Sunday, May 19, 2019

Day 1 Again: Astagfirullah



Bismillahi rahmani rahim…
Setelah kemarin gagal menulis seribu kata (tantangan dari Tere Liye) akhirnya saya memulai dari awal lagi.
#Bagian 1
*Astagfirullah*
Gadis cantik jelita beralis tebal menegur,
“Kak, mukata mengkilap,” ucapnya sambil tersenyum menatap.
“Iyakah? Paling mengkilap karena hitam,” jawab wanita yang bernama sejuk.
“Mengkilap berminyak,,,kak,” timpal gadis beralis tebal itu dengan ekspresi tertawa.
Memang beberapa menit sebelumnya Sejuk baru saja berhadapan dengan minyak panas. Ia habis menggoreng tiga menu masakan. Pertama, bayam merah. Kedua, jagung dan ketiga pisang.

Bayam merah.
Seorang ibu berpesan pada anaknya,
“Rajin-rajinlah memasak sayur bayam merah. Bukan hanya dimasak saja tapi pastikan masakan yang kamu masak benar-benar masuk ke dalam perutmu. Karena bayam merah itu bukan hanya sebagai parnert nasi ikan tapi akan berkhasiat sebagai vitamin dalam tubuhmu,” pesannya.
Konon, bayam merah itu dapat menambah darah apabila tekanan darah seseorang itu rendah. Entah, apakah karena itu, sehingga tanaman itu dikatakan bayam merah karena khasiatnya menambah darah merah atau karena daunnya yang berwanah merah. Entahlah, tapi bagaimana dengan orang yang berdarah biru? Yang selalu menyatakan dirinya sebagai keturunan darah biru padahal darahnya tetap sama dengan yang lain.
Popeye dalam serial kartun yang sudah lama tidak tayang di salah satu televisi swasta, seringkali actor utamanya menjadi kuat saat ia selesai mengkonsumsi bayam. Dalam cerita kartun tersebut, bayam seperti pedang bagi orang yang berperang melawan musuh. Uniknya, bayamnya selalu terkemas pakai kaleng. Mirip kaleng susu ataupun kaleng ikan. Tapi, ada juga memandang kaleng sebagai status. Seseorang yang selalu menyebut dirinya kaleng-kaleng atau membantah dirinya bukan kaleng-kaleng. Entahlah…
Dulu, anak kecil sangat suka mengoleksi kaleng-kaleng. Anak perempuan akan membuatnya sebagai panci apabila bermain masak-masakan dan anak laki-lakinya akan membuatnya menjadi timbah mini yang diikatkan dengan tali panjang lalu diulurkan ke dalam sumur.
Jika anak perempuan dan laki-laki bersatu untuk bermain bersama maka kaleng-kaleng itu akan dijadikan sebagai wadah untuk menyimpang beberapa bayan-bayan (bukan bayam tapi sejenis kertas yang bergambar lalu digunting-gunting mirip pas foto ukuran tiga kali empat). Kamu sendiri mengggunakan kaleng untuk apa, versi dulu yahh? Dalam sejarah komunikasi, orang dulu menggunakan kaleng sebagai alat komunikasi yang dapat mengantarkan gelombang suara dengan menyambungkan kedua kaleng dengan benang. Apakah kau pernah melihat gambar ilustrasinya? Jika belum, bayangkanlah.
Kesukaan itu bisa menular. Anak yang disuruh makan bayam merah akhirnya menjadi salah satu makanan favorite hingga pada akhirnya teman dekat anak itupun ikut suka mengkonsumsi bayam merah karena sering makan bersama.

Jagung.
Menjelang sore hari, seorang gadis bermata bulat mirip Barbie masuk ke dalam kamar gadis bermata sipit dianalogikan mirip apa yah? Mirip apa jika bermata sipit, haaa?
Mereka awalnya membahas sapi namun berpindah membahas bayam merah sambil memisahkan antara daun dan batang bayam merah. Tapi karena gadis bermata bulat itu tak menyukai makan bayam merah, akhirnya gadis bermata sipit itu tidak terlalu membahas lebih jauh.
Mereka pun, akhirnya membahas jagung.
Gadis bermata bulat itu mulai bercerita bahwa ada orang yang tidak makan nasi karena  makan jagung. Ada juga yang kaget karena jagung. Ada juga merasa gatal-gatal karena jagung. Adapula yang harus mendaki karena jagung. Namun gadis bemata sipit itu hanya membayangkan satu hal tentang jagung, yakni manis.
Jagung manis akan lezat jika dimakan bersama cabai. Namun, jika bersama gula lebih baik memakai jagung yang hambar. Dahulu orang menikmati jagung sebagai bahan pokok makanan dikarenakan beras yang masih sulit di dapatkan dan hanya dinikmati oleh mereka yang mempunyai sawah ataupun punya banyak ringgit.
Kini, justru ada orang kaya yang punya banyak beras di rumahnya namun pancinya berisi jagung. Diabetes atau sering disebut penyakit gula menjadikannya harus memakan jagung. Orang yang sudah terbiasa memakan menu tersebut di masa lampau, maka itu tidak akan menjadi masalah.
Jagung bisa membuat kaget, namun ia menjadi teman akrab di tempat-tempat bergensi. Teman duduk saat menikmati sebuah film berbagai gender. Orang-orang menyebutnya Pop Corn namun masyarakat Sulawesi Selatan yang bersuku Bugis menyebutnya sebagai Benno. Cobalah jalan-jalan ke pasar yang ada mesin pembuat pop corn, kau akan kaget bukan karena melihat alatnya tapi saat mendengar suara alatnya. Menariknya, banyak orang yang sudah tau akan suaranya tapi tetap saja sukses membuat kaget. Bukankah kaget itu adalah sesuatu yang tidak diperkirakan atau tidak disangka?

Pisang.
Katanya dapat membuat kulit halus, pantas saja bayi kulitnya mulus karena suka makan pisang. Tapi, ada apa dengan monyet? Ada loh monyet yang suka tersenyum. Hehe
Orang Bugis itu punya banyak versi bahasa. Meskipun sama-sama bersuku Bugis tapi bukan berarti semua hal sama. Satu provinsi tapi belum tentu seragam kabupaten.
Seorang gadis berkulit putih rajin membersihkan toilet dan dapur kos-kosan berteriak pada gadis yang hanya membersihkan jika jadwal piketnya tiba.
“Ayo, makan loka. Ada di dapur di atas panci,”
Gadis yang diteriakinya itupun mengerutkan kening. Bukan karena menolak, tapi karena bingung apa yang dimaksud loka. Ia pun berjalan ke dapur melewati toilet yang kinclong habis disikat.
“Katanya di atas panci, saya kok lihatnya di dalam panci,” sambil membuka penutup panci.
Akhirnya dibukanya pun panci itu dan mendapati makanan kesukaan monyet.
Kali ini monyetnya tanpa senyum sambil membaca. Hehe, maap.
“Ini sih bukan loka, di daerahku ini disebut Utti yang dalam bahasa Indonesia disebut pisang,” gumanya.
Ada pisang yang bisa digoreng, tapi ada juga pisang yang dinaiki. Setiap orang yang ingin menaikinya harus membayar dengan kisaran harga yang ditentukan oleh si pemilik pisang.
Si pemilik pun akan bertanya, “Apa mau dibuang?”
Yang tak ingin matanya perih akan berteriak tidak. Namun, yang suka keseruan akan memberi kode kepada si pemilik untuk mengguling-gulingkan benda yang bernama banana bootnya.
Bayam merah, jagung manis dan pisang adalah tiga kata yang jarang berjumpa secara bersamaan. Namun, di tulisan ini mereka dipertemukan berdasarkan realita yang ditemui oleh si penulis. Meskipun tulisan ini tak seperti Tere Liye, manusia yang sebenarnya bukan monyet (kekeliruan teori Darwin yang menganggap bahwa evolusi manusia pada awalnya ber wujud monyet) itu tidaklah benar.
Maka jangan tersinggung, jika ada yang menyebut mu monyet. Karena yang tersinggung berarti membenarkan hal itu. Saya suka makan pisang bukan berarti saya itu monyet tapi saya mengaku bahwa ada persamaan saya dengan monyet yaitu sama-sama suka makan pisang dan sama-sama diciptakan oleh Sang Pencipta.
Jika kucing Imut, sesungguhnya monyet pun juga imut. Kuharap kau tak merasa imut.
Karena seMut pun tak merasa iMut. Tapi saya kurang tau bagaimana dengan MarMut.
Yang jelas Marbot selalu berjasa bagi pengunjung mesjid. Pertanyaanya, hari ini kamu ke Masjid gak? Sungguh, laki-laki itu keren kalau rajin ke masjid, baik itu bapak-bapak, kakek-kakek, pemuda-pemuda ataupun anak-anak kecil yang jelas laki-laki.  Bukan untuk mengamati sandal yang keren-keren ataupun wanita-wanita yang cantik jelita tapi untuk…. Untuk…untuk….untuk…untuk…untuk…untuk?
Kamu sendiri yang harus menentukan untuk apa ke masjid karena setiap orang memiliki tujuan yang berbeda-beda tergantung apa kepentinganmu.
Ok, Terima Kasih atas kesetiaan membaca sampai akhir. Tunggu, edisi esok. Insyaa Allah



0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Translate

"Beloved"

"Beloved"

Followers