Terlintas di otak kecil...
Ini tentang Ko dan Ki.
Di Sulawesi Selatan 2 huruf itu sangat populer dan menjadi
ciri khas komunikasi bagi komunikatornya.
Dulu, saya sering berbicara Ko baik pada teman ataupun kakak
kandung sendiri. Tapi, akhiran dua huruf
Ko tak pernah digunakan untuk sepasang manusia yang membuat kita ada di dunia
ini, atas IzinNya. Termasuk tak pernah pula terlontar kepada guru-guru yang mengajari kita.
Ko memang terkesan kasar dan Ki lebih terkesan sopan.
Tunggu dulu, sepertinya pembaca dari luar pulau Sulawesi
agak bingung.
Apa maksud Ko dan Ki?
Begini, pembaca setiaku.
Ketika seseorang mengajak makan, biasanya kalimat yang
dilontarkan “Mari makan atau Ayo makan”.
Namun, di Sulawesi khususnya Sulawesi Selatan. Perkataan yang diucapkan bisa
menjadi “Makanki/Manreki” ataupun bahasa daerah lainnya yang ada di Sulawesi
Selatan.
Tambahan akhiran ki pada makan, menunjukkan rasa sopan. Saya
juga tidak tau, kenapa orang dulu menambahkan Ki atau Ko? Kalau ada yang tau,
silahkan beritahu saya di Hayanaheart@gmail.com.
Makanko biasa diucapkan ke orang yang lebih muda dari
pengucapnya ataupun teman sebaya.
Sedangkan makanki biasa diucapkan ke orang-orang yang lebih
dituakan atau dihormati lebih.
Namun, sebenarnya ketika ada orang yang berucap menggunakan
akhiran Ko bukan berarti ia tidak menghargaimu. Hanya saja, ia sudah terbiasa
berbahasa menggunakan akhiran Ko. Jadi, hindari ketersinggungan di hati
kecilmu. hehe
Memasuki bangku perkuliahan dengan seragam bebas, raga ini
mulai membiasakan diri berbicara menggunakan akhiran Ki kepada semua orang,
terkecuali abang saya (kakak kandung).
Ya, kuulangi lagi. Berbicara Ko padanya bukan berarti saya
merendahkan. Hanya saja menghindari rasa canggung ketika berbicara dengannya.
Namanya juga sudah kebiasaan.
Teman sebaya yang berbicara akhiran Ko itu menunjukkan rasa
akrab, rasa saling menerima, meskipun kita para pemilik telinga yang selalu
mendengar ucapan Ki akan merasa “kok kasar ya,” padahal bagi mereka itu bisa
jadi hubungan komunikasi mereka berada di level ‘akrab, karib’.
Meskipun tidak dipungkiri bahwa orang-orang yang sedang
merasa marah pada orang lain, mereka akan menggunakan kata-kata yang berakhiran
Ko.
Ki dan Ko bukan Kiko yaa.
Ki dan Ko tak pernah bertemu pada rangkaian kalimat yang
sama.
Penggunaan Ki dan Ko disesuaikan berbicara dengan Siapa?
Dan juga penggunaanya dipengaruhi kebiasaan penuturnya.
Apakah ia terbiasa menggunakan Ki ataupun Ko.
Yang jelas, seseorang yang terbiasa berbicara Ko pada
akhirnya akan berbicara Ki ketika bertemu dengan orang yang dianggap harus
dihormati lebih?
Lalu, bisakah kita sedikit mengubah?
Mengutamakan berbicara Ki pada semua orang, jenis usia (baik
atau muda), kaya atau cukup, pupuler ataupun unpopuler?
Saat kamu berbicara Ki pada anak kecil, apa yang akan
terjadi?
Secara tak sengaja, anak kecil itu akan belajar bahwa saat
kita berbicara harus menggunkan akhiran Ki. Ada sistem copy paste dalam otak
anak kecil.
Bukankah itu hal baik?
#Sederhana tapi bermakna
Terima kasih telah membaca hingga akhir J @hayanaaa. Salam
sejuk.
Parepare, Sabtu 19 Februari 2022 pukul 06:53 Wita.
=============
Karena sesuatu yang fullfaedah, tak boleh dirahasiakan :)
0 comments:
Post a Comment