Ibarat ranting pohon yang
bercabang-cabang, pikiranku pun begitu saat ini. Mendapat kabar, bahwa beliau
masuk rumah sakit membuat konsentrasiku terpecah. Disatu sisi saya harus fokus
menuntut ilmu, di sisi lain, hati dan pikiranku selalu mengingatnya. Siapa sih
yang tidak merasa khawatir ketika orang yang disayang terbaring di sebuah
ranjang rumah sakit. Bau obat-obatan, suara gaduh orang lain akan menambah
ketidaknyamanannya. Tentunya tidur di rumah sendiri akan lebih nyaman
dibandingkan tidur di tempat lain, apalagi jika itu rumah sakit.
Saya mengira beliau sudah sehat,
mengingat beliau beberapa hari yang lalu terlihat semangat menjemputku dari
persimpangan jalan bahkan ia membawaku berkeliling melihat pemandangan. Bak tak
terjadi apa-apa dalam tubuhnya, ia tersenyum tulus mengantarku dengan sepeda
motornya. Di hari itu, saya sangat bahagia dan bersyukur karena sudah melihat
ia kembali dengan gayanya sendiri, tak kusangka kenangan itu menjadi kenangan terakhir
sebelum ia kembali terbaring sakit. Beliau memang kurang menjaga kesehatan di
masa lalu, hingga saat ini barulah penyakit itu menampakkan dirinya. Ini adalah
cobaan yang harus dijalani dengan lapang dada meskipun ada air mata jatuh di
pipi. Semoga ada hikmah dibalik cobaan ini, khususnya beliau semoga bisa
memetik pelajaran dari rasa sakitnya.
Ya Allah, Sayangilah Ayahku…. Dan
izinkan kami di masa depan agar masih bisa mengunjungi dan berkeliling ke tempat-
tempat yang indah. Hingga karena ketakjubannya melihat ciptaan-Mu akan membuat
beliau lebih bertakwa kepada-Mu. Aamiin (Hyn,
True Story Life)
0 comments:
Post a Comment