Apapun yang kamu lakukan, Hayana. Lakukan dengan rasa suka, hati yang tulus dan ikhlas. Lalu, perhatikan apa yang terjadi...
Sebuah kalimat yang kutuliskan pada dinding kamar
saya yang ketika duduk santai sambil bersandar pada salah satu lemari, saya
bisa membaca sambil merenungi kalimat tersebut. Meskipun sering kali kalimat
itu tertutup oleh pakaian yang tergantung diatasnya.
Satu minggu yang lalu, saya harus merasakan
kegagalan yang mengakibatkan hati ini merasa kecewa. Hati dan pikiran ini
sempat merasa kemarahan sepanjang waktu. Saya tahu bahwa perasaan ini tidaklah
benar, saya juga tahu bahwa kemarahan hanya mengusik kedamaianku saja. Tak
ingin larut dalam situasi yang buruk ini, mencoba untuk mencari jalan keluar
dan untuk menemukan jalan keluar tersebut, saya harus merenung. Merenungi apa
yang sebenarnya telah salah selama beberapa hari yang lalu ini. Saya mencoba
intropeksi diri, dan akhirnya saya menemukannya.
Ada salah satu tahap yang harus saya lalui untuk
meraih gelar Strata Satu (S1) dan kemarin saya melaluinya tanpa keikhlasan dan kesabaran.
Saya sadar, saya melalui proses tersebut dengan rasa yang penuh ambisius. Meski
ambisius itu boleh tapi kita jangan sampai melupakan keikhlasan hati dan
dibarengi kesabaran. Dan disitulah letak kesalahan saya. Saya lupa menerapkan
kalimat tersebut yang tertulis pada dinding kamarku. Hingga Allah Swt
menegurku dan membuatku tersadar kembali. Mungkin inilah yang dimaksud saya
khilaf? Dan semoga kita hanya tak sadar sesaat dan bergegas bangkit dari
ketidaksadaran ini. Sadarlah, karena ketika kita tak sadar. Jalan di depanmu
akan berubah menjadi gelap...Dan saya pernah merasakan itu (Hayana/ True Story
).
Alhamdulillah. Beruntunglah saya, karena sebuah kegagalan bisa menyadarkanku sesegera mungkin |
0 comments:
Post a Comment